Langsung ke konten utama

mengenal ilmu tajwid

Pengertian, Hukum, Macam, Tujuan, Manfaat, dan Contohnya

Kita sebagai ummat Islam mempunyai kitab suci yang bernama Al-Qur’an dan juga mempunyai kitab tuntunan Al-Hadist. Al-Qur’an dan Hadist ini tersusun dari Bahasa Arab yang indah. Dan sebagai ummat Islam, kita harus merasa wajib untuk bisa membaca Al-Qur’an dan Hadist tersebut dengan baik dan benar, sekaligus terasa indah untuk didengar. Maka dari itulah wajib untuk kita belajar Ilmu Tajwid.

Selain itu, begitu pentingnya mempelajari ilmu tajwid karena dengan kita mengenal dan memahaminya. Insya Allah bacaan Al-Qur’an kita menjadi benar baik itu sesuai dengan pelafadzan atau juga sesuai dengan artinya.


Pengertian Ilmu Tajwid

Tajwid sendiri jika dilihat dari bahasa berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا) yang mempunyai arti melakukan sesuatu dengan indah, bagus, dan membaguskan. Sedangkan di dalam Ilmu Qiraah, tajwid mempunyai arti mengeluarkan huruf dari tempatnya yang sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki huruf tersebut.

Sedangkan jika dilihat dari segi istilah, Tajwid ini adalah ilmu untuk membaguskan pembacaan pada kitab suci Al-Qur’an disertai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku pada setiap huruf.

Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan juga bahwa Tajwid ialah mengeluarkan tiap huruf dari makhrojnya dengan memberikan hak untuk setiap huruf (hak tersebut adalah sifat yang melekat pada tiap huruf seperti Iqlab, Qalqalah,  dll) serta mustahaq huruf (sifat huruf yang dikarenakan sebab tertentu seperti Iqlab, izhar, dll).

Jadi bisa kita simpulkan disini, pengertian Ilmu Tajwid adalah Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan atau melafadzkan tiap huruf-huruf yang berada di dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadist atau juga yang lainnya.

Istilah Khusus dalam Ilmu Tajwid

Ada beberapa istilah yang harus kita perhatikan dan pahami di dalam Ilmu Tajwid ini terutama disaat kita sedang membaca Al-Qur’an dan Hadist. Dimana ini adalah pengelompokan ilmu yang setelah ini akan kita bahas. Diantaranya adalah :

  • Makharijul Huruf. Ini adalah tempat keluar masuknya suatu huruf hijaiyah dalam Al-Qur’an.
  • Shifatul Huruf. Ini adalah cara mengucapkan atau melafadzkan tiap huruf pada Al-Qur’an
  • Akhamul Huruf. Ini ilmu tajwid tentang hubungan antara satu huruf dengan huruf lainnya.
  • Ahkamul Maddi Wal Qasr. Ilmu yang mempelajari panjang pendek bacaan disaat melafadzkan tiap kata dalam ayat Al-Qur’an.
  • Ahkamul Waqaf Wal Ibtida’. Ilmu tajwid untuk mengetahui huruf dimana kita bisa memulai membaca dan atau berhenti membaca pada tiap bacaan di Al-Qur’an.
  • Dan yang terakhir adalah Al-Khat dan Al-Utsmani.

Ilmu tersebut adalah macam-macam atau jenis Ilmu yang bisa kita pelajari di dalam Ilmu Tajwid.

Dan menurut Ibn Katsir, membaca secara Tartil adalah membaca secara perlahan dan juga hati-hati karena dengan membaca tersebut akan membantu kita dalam memahami dan mentadaburi setiap isi yang ada pada Al-Qur’an.

Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Bagaimana dengan hukum yang dikenakan untuk mempelajari Ilmu Tajwid ini? Hukum mempelajari Tajwid yang merupakan sebuah ilmu pengetahuan adalah Fardhu Kifayah. Yaitu dimana jika diantara kamu sudah ada yang mempelajari teori dan istilah di dalam ilmu tajwid, maka kewajiban tersebut menjadi gugur untuk orang yang lainnya.

Namun, sebagai ummat Islam yang benar-benar mencintai dan mengakui bahwa kita Muslim. Hukum Tajwid ini di dalam prakteknya saat membaca Al-Qur’an adalah Fardhu Ain. Yaitu kita wajib mengaplikasikan ilmu Tajwid ini di dalam setiap kita membaca Al-Qur’an di setiap kata dan hurufnya.

adapun beberapa hukum atau dalil yang menyatakan kewajiban kita untuk mengaplikasikan ilmu Tajwid di dalam membaca Al-Qur’an. Hukum mempelajari ilmu tajwid tersebut diantaranya adalah :

Sumber Hukum Wajib Tajwid dari Al-Qur’an

Sumber hukum pertama kita ambil dari salah satu ayat suci Al-Qur’an, lebih tepatnya pada surat Al-Muzzamil ayat 4 yang bunyinya:

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا

“Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”

Jadi di dalam membaca Al-Qur’an, kita diwajibkan untuk membaca secara tartil. Yaitu membaca setiap huruf dan kata Al-Qur’an dengan memperindah pengucapannya atau sesuai dengan Tajwid.

Sumber Hukum Wajib Tajwid dari Al-Hadist

Sumber hukum kedua yang menyatakan bahwa kita wajib membaca Al-Qur’an dengan Tajwid yang benar ada di dalam Hadist Rasulullah Muhammad S.A.W. Hadist ini diriwayatkan langsung oleh Ummuh Salamah r.a yang merupakan Istri Nabi saat ditanyakan tentang bagaimana Rasulullah di dalam membaca Al-Qur’an dan bacaan Shalat. Maka Beliau menjawab :

”Ketahuilah bahwa Baginda Nabi muhammad S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

Dari hadist tersebut dapat kita ketahui bahwa Ummuh Salamah menjelaskan tentang bacaan tajwid Al-Qur’an yang dibaca Rasulullah. Dan menandakan bahwa di dalam Shalat pun, kita juga harus tetap menerapkan Ilmu Tajwid di dalam setiap bacaannya.

Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid

Adapun tujuan untuk kita mempelajari Ilmu Tajwid adalah agar kita dalam membaca Al-Qur’an dapat membacanya dengan baik dan benar-benar fasih sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Muhammad S.A.W.

Selain itu, dengan mempelajari ilmu tajwid, kita akan lebih terjaga dari kesalahan pembacaan dan juga kesalahan di dalam pengartian pada setiap lafadz pada Al-Qur’an. Karena pada setiap huruf dan kata akan mempunyai makna tersendiri di dalam pembacaan Al-Qur’an.`

Kegunaan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid

Belajar tajwid sangat memberikan banyak manfaat. Belajar tajwid akan sangat baik jika dimulai sejak dini, karena itu akan mempermudah dan mempercepat proses untuk bisa dan benar dalam membaca Al-Qur’an.

Manfaat utama belajar dan juga mempelajari ilmu tajwid ini adalah agar kita bisa terhindar dari kesalahan di dalam pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Jadi, ketika kita sudah mengetahui tentang macam-macam atau jenis dari setiap hukum di Ilmu Tajwid yang ada.

Baik tentang hurufnya, cara pelafadzannya, Insya Allah kita akan sedikit kemungkinan salah dalam membaca Al-Qur’an bahkan tidak salah sama sekali, dengan catatan sungguh-sungguh dalam menggunakan ilmu tajwid.

Macam Macam Hukum Bacaan Ilmu Tajwid Lengkap dan Contohnya



Setelah kamu mengetahui pengertian serta kegunaan ataupun manfaat dari kita mempelajari ilmu tajwid. Sekarang kita mulai belajar untuk mengenal macam-macam jenis hukum bacaan tajwid yang ada di Al-Qur’an.

Ada beberapa macam hukum bacaan tajwid yang disini saya kelompokkan menjadi 9 kelompok dan saya ulas secara garis besarnya dahulu dikarenakan pembahasan yang sebenarnya cukup panjang. Tapi jangan kecewa, karena akan saya tulis selengkapnya di lain artikel dengan link terkait nantinya. Simak yuk ulasan ringkasnya dibawah ini.

Hukum Bacaan Tajwid – Nun Mati atau Tanwin

Pertama adalah ilmu tajwid dimana hukum bacaan yang terdapat atau terkena bacaan nun mati dan atau tanwin. Hukum tajwid yang terkena dengan tanda baca nun mati dan atau tanwin ini terbagi menjadi empat bagian, diantaranya adalah Izhar Halqi, Idgom, Iqlab, dan Ikhfa’ Haqiqi.

Sebagai salah satu contoh, bisa kamu lihat gambar bacaan Al-Qur’an di bawah ini. Diantaranya ada huruf yang diberikan warna merah sebagai izhar halqi, warna hijau sebagai idgham, dan warna biru sebagai ikhfa haqiqi, serta warna ungu sebagai hukum bacaan iqlab.

Hukum Tajwid Nun Mati atau Tanwin – Izhar Halqi (رإظها)



Izhar halqi adalah hukum bacaan Al-Qur’an yang apabila nun sukun atau tanwin bertemu dgn salah satu anggota huruf izhar. Maka cara untuk melafazkan atau mengucapkannya ialah harus dibaca dengan jelas.

Hukum Izhar ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan 6 (enam) huruf Halqi (tenggorokan). Beberapa huruf halqi tersebut diantaranya adalah

alif atau hamzah(ء),

ha’ (ح),

kha’ (خ),

‘ain (ع),

ghain (غ), dan

ha’ (ﮬ).

Maka dari itu, hukum bacaan Izhar Halqi ini harus dibaca jelas tanpa harus ada penekanan.

Contoh untu Izhar Halqi seperti : نَارٌ حَامِيَةٌ

Hukum Bacaan Tajwid Nun Mati atau Tanwin – Idgham  (امغدإ)

Selanjutnya adalah hukum bacaan Idgham. Hukum bacaan Idgom ini sebenarnya dibagi menjadi dua bagian diantaranya adalah Idghom Bighunnah dan Idgom Billagunnah. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut.

Idgham Bighunnah


Idgham Bighunnah  memiliki arti dilebur dan juga disertai dengan dengung. Dimana kita dalam membaca huruf Idghom Bighunnah adalah dengan memasukkan atau meleburkan salah satu huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) di dalam huruf sesudahnya dengan disertai dengung, jika nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf Idghom yang berjumlah empat yaitu diantaranya adalah : ya’(ي), nun (ن ), mim ( م ), wau (و ).

Contoh bacaan Idgham Bighunnah : مُّمَدَّدَةٍ عَمَدٍ فِيْ

Idghom Bilaghunnah


Idgham Bilaghunnah mempunyai arti  melebur tanpa dengung. Yaitu membaca ayat Al-Qur’an dengan memasukkan atau juga meleburkan huruf nun mati atau tanwin (ـًـٍـٌ / نْ) dalam huruf sesudahnya tanpa harus disertai dengung jika bertemu dengan salah satu huruf Idgham Billagunnah, yaitu lam atau ra (ر، ل)

Contoh:  لَمْ مَنْ

Pengecualian untuk Idghom Bilaghunnah

Jika nun mati atau tanwin bertemu dgn keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan di dlm satu kata, conohnya  بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin tersebut harus dibaca jelas.

Hukum Bacaan Tajwid Nun Mati atau Tanwin – Iqlab

Hukum bacaan ini terjadi apabila ada huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Di dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi mim (م).

Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ

Hukum Bacaan Tajwid Nun Mati atau Tanwin – Ikhfa’ Haqiqi

Hukum bacaan ini apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dgn huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), , fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)

Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ

Hukum Bacaan Tajwid Mim Mati

Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum bacaan tajwid lainnya dalam mempelajari dan membaca Al Quran yaitu Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dgn huruf mim mati (مْ) yang bertemu dgn huruf hijaiyah tertentu. Berikut contoh ayatnya, yang diberi tanda warna  (biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar  syafawi).

Hukum Bacaan Tajwid (mim mati) memiliki 3 jenis, yaitu sebagai berikut :

Hukum Bacaan Tajwid Mim Mati – Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)

Ikhfa Syafawi terjadi jika ada huruf mim mati (مْ) bertemu dengan huruf ba’ (ب), cara untuk membacanya adalah dengan cara secara samar-samar di bibir dan dibaca dengan didengungkan.

Contoh bacaan Ikhfa Syafawi : (فَاحْكُم بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)

Hukum Bacaan Tajwid Mim Mati – Idgham Mimi ( إدغام ميمى)

Idgham Mimi terjadi jika ada huruf mim mati (مْ) bertemu dengan huruf mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib anda baca dengung. Idgham mimi disebut juga dgn idgham mislain atau mutamasilain.

Contoh : (أَم مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)

Hukum Bacaan Tajwid Mim Mati – Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)

Izhar Syafawi terjadi jika ada huruf mim mati (مْ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya adalah dengan jelas di bibir serta mulut anda tertutup.

Contoh: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)

Hukum Bacaan Tajwid – Mim dan Nun Tasydid

Hukum bacaan mim dan nun tasydid disebut juga dgn wajib al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang memiliki makna  bahwa orang yang membacanya di wajibkan untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).

Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ

Hukum Bacaan Tajwid – Alif Lam Ma’rifah

                    








Hukum bacaan Alif lam ma’rifah yaitu apabila dua huruf yang di tambah pada akhir atau awal dari kata yang mempunyai arti nama atau isim. Ada dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.

Alif Lam Qamariah

Pertama adalah Alif Lam  Qamariah dimana Lam ini diikuti oleh 14 huruf hijaiah, diantaranya seperti: ‘ain (ع), ghain (غ),  alif/hamzah(ء), ba’ (ب), jim (ج), ha’ (ح), kha’ (خ), fa’ (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha’ (ﮬ) dan ya’ (ي).

Untuk hukum Alif Lam Qamariah diambil dari bahasa arab yang berarti Al Qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang mempunyai arti bulan. Maka dari itulah, untuk membaca Alif Lam Qamariah adalah dengan membaca secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.

Alif Lam Syamsyiah

Kedua adalah Alif Lam Syamsiah dimana Lam ini diikuti oleh 14 huruf hijaiah lainnya selain Qamariah seperti : ta’ (ت), tha’ (ث), dal (د), dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل) dan nun (ن).

Untuk nama Asy Syamsiah sendiri diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ) yang mempunyai arti matahari. Maka dari itu, untuk membaca Alif Lam ini dengan membacanya dengan cara dilebur dengan huruf setelahnya.

Hukum Bacaan Tajwid – Idgham

                   

Hukum Idgham (ﺎﻡﻏﺩﺇ) adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yg lain. Oleh karena itu bacaan idgham harus dilafazkan dgn cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Ada tiga jenis idgham yaitu:

Idgham Mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa)

Idgham Mutamathilain adalah bertemunya antara dua huruf yg sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukumnya adalah wajib utk di idghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.

Idgham Mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir)

Idgham Mutaqaribain adalah bertemunya dua huruf yg sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ

Idgham Mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis)

Idgham Mutajanisain adalah bertemunya antara dua huruf yg sama makhrajnya akan tetapi tdk sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ

Hukum Bacaan Tajwid – Mad


Hukum bacaan Mad yg mempunyai arti yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.

Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.

Hukum Bacaan Tajwid – Ra’

Hukum ra’ ialah hokum tentang  bagaimana membunyikan huruf ra’ di dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu bacaan kasar atau tebal, halus atau tipis, atau keduanya yaitu bacaan harus dikasarkan namun juga ditipiskan.

Untuk bacaan ra’ ini harus di kasarkan jika :

Huruf ra’ yang mempunyai harakat atas atau fathah.

Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ

Huruf ra’ yang berbaris mati atau mempunyai harakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.

Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ

Huruf Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.

Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ

Huruf Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi bertemu dengan huruf isti’la’.

Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ

Untuk bacaan ra’ yang harus di tipiskan adalah jika :

Huruf ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.

Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ

Huruf ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain.

Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ

Huruf Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah namun tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.

Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ

Untuk bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah jika setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.

Contoh: ﻓِﺮْﻕ

Sebagai catatan :

Huruf Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ) terbagi menjadi tujuh huruf yaitu diantaranya adalah kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan huruf zha (ظ).

Hukum Bacaan Tajwid – Qalqalah

Hukum bacaan tajwid Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) ialah bacaan pada huruf-huruf hijaiyah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau juga memantul. Ada lima huruf qalqalah yaitu diantaranya huruf qaf (ق), tha (ط), ba’ (ب), jim (ج), dan huruf dal (د). Dan Qalqalah terbagi menjadi dua jenis yaitu:

Qalqalah Kecil

Qalqalah kecil ialah dimana jika salah satu dari huruf Qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli dikarenakan harakat sukun dan bukan karena tanda waqaf.

Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ

Qalqalah Besar

Qalqalah besar ialah jika salah satu dari huruf Qalqalah itu telah mati karena tanda waqaf atau berhenti. Di dalam keadaan ini, Qalqalah dilakukan apabila bacaan di waqafkan namun tidak di Qalqalahkan jika bacaan diteruskan.

Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ

Hukum Bacaan Tajwid – Tanda Waqaf (وقف)

Tajwid terakhir yang akan kita ulas adalah hukum bacaan Waqaf. Waqaf jika dilihat dari sudut bahasa memiliki arti berhenti atau juga menahan. Tetapi apabila dilihat dari sudut istilah tajwid, Waqaf memiliki arti menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara pada akhir perkataan untuk bernapas dengan niat untuk menyambungkan kembali bacaan.

Terdapat empat jenis Waqaf yang bisa kita pelajari yaitu:

  • Waqaf ﺗﺂﻡّ (taamm)

Waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan Al-Qur’an, serta tidak mempengaruhi arti dari bacaan tersebut karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya atau yang sesudahnya.

  • Waqaf ﻛﺎﻒ (kaaf)

Waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau juga memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak memutuskan pada tengah-tengah ayat atau bacaan, tetapi ayat tersebut masih berkaitan makna serta arti dengan ayat sesudahnya.

  • Waqaf ﺣﺴﻦ (Hasan)

Waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dgn bacaan sesudahnya

  • Waqaf ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih)

Waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tdk sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus di hindari karena bacaan yg di waqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dgn bacaan yang lain.

Sedikit pesan untuk anda, belajarlah bersama dengan guru, karena tidak tertutup kemungkinan jika belajar sendiri akan masih terjadi kesalahan yang bisa jadi disebabkan kelalaian, lupa atau salah pemahaman. Maka gurulah yang dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan anda tersebut, sehingga bisa dibetulkan dan diperbaiki ilmu yang kita pelajari tersebut. Wallahu a’lam bish shawab.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-macam mad dalam ilmu tajwid dan contohnya

Pengertian Mad dalam Tajwid Mad menurut bahasa adalah  المطّ والزّيادة  yang artinya memanjangkan dan menambah. Sedangkan menurut istilah mad adalah  اطالة الصّوت بحرف من حرف المدّ  yang artinya memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf mad (asli). Huruf mad seperti yang dimaksudkan dalam definisi di atas itu ada tiga yakni Alif  ( أ ) , wawu  ( و ) , ya'  ( ي ) , ketiganya merupakan huruf-huruf dasar mad. Mengapa harus memanjangkan bunyi huruf hijaiyah itu karena adanya pertemuan antara huruf hijaiyah yang berharakat fathah bertemu dengan Alif mati.  Huruf hijaiyah yang berharakat dhammah bertemu dengan wawu mati dan huruf hijaiyah yang berharakat kasrah bertemu huruf ya' mati. Pembagian Mad  Secara garis besar bacaan mad dibagi dua yaitu Mad Thabi'i Mad Far'i 1. Mad Thabi'i (Mad asli) Mad Thabi'i adalah bacaan huruf hijaiyah yang dipanjangkan secara biasa, atau sering disebut mad pokok (mad asli).  Cara memba

6 curug di bogor yang sangat jernih yang wajib anda kunjungi

curug ciputri Curug Ciputri merupakan wisata air terjun yang terletak di Desa Tapos, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Curug ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri untuk sekedar berfoto maupun berkemah. Curug Ciputri memiliki tinggi kurang lebih 30 meter dengan kolam yang dapat digunakan untuk berendam walaupun tidak begitu besar. Jika pengunjung datang ke Curug ini, harus siap menguras tenaga. Jarak dari pintu masuk menuju Curug Ciputri sekitar 1200 meter dengan kontur menanjak. Meskipun begitu, rasa lelah pengunjung akan terbayarkan setelah sampai di air terjun yang menyuguhkan keindahan alam yang masih asri. Tiket masuk Curug Ciputri sebesar Rp20.000/orang untuk sekadar menikmati air terjun Curug Ciputri dan sebesar Rp25.000/orang untuk berkemah di tempat wisata ini. Curug ini buka 24 jam setiap hari. curug seribu Meski namanya Curug Seribu, bukan berarti ada seribu air terjun di sini. Keistimewaan objek wisata yang be